“MAS, kalau punya mata dijaga ya! Ngapain jelalatan begitu? Nggak pernah lihat cerwek cantik pakai rok mini? Makanya sering piknik, jangan cuma baca buku di perpustakaan saja,” celoteh perempuan seksi pada seorang pemuda.
“Mbak, kalau punya tubuh dijaga ya! Ngapain diobral gratis begitu? Nggak pernah bisa dapat cowok tanpa mengandalkan rok mini ya? Makanya belajar biar nggak cuma modal seksi tapi juga modal pintar, jangan cuma keluyuran saja,” jawab pemuda itu dengan santai.
“Eh! Urusan saya mau jaga tubuh atau tidak. Lagian siapa yang obral coba? Aku berpakaian begini karena tuntutan kerja. Dasar kurang pergaulan. Ini mengikuti perkembangan zaman. Emang situ saja yang mata keranjang, mata jelalatan.”
“Eh! Urusan saya mau lihat siapa saja. Lagian siapa suruh situ lewat di depan saya, itu sama saja ngobral untuk dilihat. Dasar kurang pengetahuan. Zaman purbakala pakaian nyaris telanjang itu sudah ada. Emang situ aja yang mata buta, mata hati tertutup iblis.”
“Hargai wanita, kalau bicara sopan ya! Sudah jelas salah karena menatap wanita dengan pandangan penuh nafsu, masih saja tidak mengaku. Dasar munafik!”
“Hargai lelaki, kalau dinasehati dengarkan ya! Sudah jelas salah berpikir karena saya menatap Anda karena jijik, masih saja belagu. Dasar syirik, membunuh, durhaka kepada orang tua sekaligus munafik!”
“Apa katamu? Jangan seenaknya menyebutku syirik ya. Aku masih percaya Tuhan itu ada dan tidak mempersekutukannya!”
“Tabiatmu merupakan bentuk syirik yang tersembunyi yaitu ketika hati dan akal pikiran seseorang dipenuhi oleh dunia. Akal pikirannya, badan, tidur dan bangun semua hanya untuk dunia, ia selalu berusaha mencari dunia tidak peduli halal atau haram karena ia telah diperbudak dunia. Lihat, sudah tahu berpakaian nyaris tejanjang itu sangat dibenci Allah, haram hukumnya. Lalu mengapa dilakukan? Alasan tuntutan kerja, bukankah itu bukti mempersekutukan takdir Allah perihal rezeki yang seolah tidak lebih hebat daripada mengandalkan rok mini?”
“Ah, terlalu mengada-ada alasanmu itu! Terus… kenapa pula aku kau sebut pembunuh?”
“Makanya jangan cuma sibuk piknik, baca koran juga. Kemarin ada kakek-kakek yang meninggal, gara-gara penyakit jantungnya kumat akibat melihat perempuan menggunakan rok mini terlalu ketat. Tahu apa yang dikatakan saksi mata, mereka menyebut nama perempuan itu dengan inisial yang menjurus namamu. Jadi, dirimu itu sudah melakukan pembunuhan secara tidak langsung.”
“Udah waktunya mati mungkin, itu sudah takdir! Kemudian atas dasar apa kau menyebutku durhaka pada orang tua?”
“Yaa Allah, jangan menyalahkan takdir! sekiranya dirimu tidak nyaris telanjang begitu, Insya Allah keadaan kakek tua itu akan baik-baik saja. Aku mau tanya, waktu SMP atau SMA apa orang tuamu mengajarkan agar dirimu berpakaian nyaris telanjang? Pasti tidak boleh, kalau tidak boleh berarti dirimu sudah durhaka pada orang tua.”
“Sok tahu. Emang situ kenal orang tuaku? Huh! Tadi menyebutku munafik pula, apa maksudmu?”
“Aku itu kenal orang tuamu, beliau pernah curhat tentang kelakuan anaknya yang kelewat batas. Beliau yang minta tolong supaya diriku menegurmu, jadi dirimu bukankah munafik tidak mengakui nasehat yang sudah diajarkan orang tuamu?”
Perempuan itu terdiam, tak mampu lagi menghindar. Wajahnya pucat pasi, dirinya tidak menyangka hanya karena pakai rok mini sudah melakukan empat dosa besar yang dilaknat Allah.
Dari itu, waspadalah kepada pengguna rok mini. Jangan-jangan secara tidak langsung Anda adalah salah satu pelaku yang memiliki empat dosa besar tersebut. Segeralah bertobat sebelum maut menjemput! []
Arief Siddiq Razaan, 14 April 2016