SERINGKALI banyak kita temukan orang-orang yang melakukan sesuatu, tetapi mereka mengharapkan sesuatu. Sesuatu di sini bukanlah hanya sebuah barang. Melainkan pujian. Ya, pujian memang ungkapan sanjungan yang begitu menyenangkan ketika didengar. Tetapi, Anda harus waspada. Mengapa?
Pujian bisa saja menjerumuskan. Jika kita lalai terhadap pujian itu, boleh jadi kita tidak tahan dan masuk pada lubang kehinaan. Rasa bangga pada diri sendiri, menjadikan diri kita lupa bahwa kita bisa melakukan itu karena Allah, ya hanya karena Allah. Allah-lah yang memberikan kemampuan lebih pada diri kita.
Imam Al-Ghazali Rahimahullah mengatakan, “Orang yang dipuji hendaknya waspada, jangan sampai ia terjatuh dalam kesombongan, ujub dan bentuk futur lainnya. Seseorang bisa selamat dari hal-hal jelek tadi, hanya dengan mengetahui hakikat keadaan dirinya. Hendaklah ia renungkan akan bahaya jika berada dalam akhir hidup yang jelek. Hendaklah ia waspada akan bahaya riya’ dan terhapusnya amalan. Hendaknya ia kenali diri orang yang memuji pun tidak mengenalnya. Kalau saja orang yang memuji itu tahu kejelekan yang ada pada dirinya, tentu ia tak akan memuji. Baiknya, ia tampakkan pula bahwa ia tidak suka pada pujian tersebut,” (Ihya’ Ulum Ad-Diin, 3: 236).
Ketika dipuji, jangan kita merasa bahagia. Sebab, pada hakikatnya, pujian itu hanyalah milik Allah. Segala sesuatu yang berada dalam diri kita, itu karena Allah. Maka, Allah-lah yang pantas memperoleh pujian. Kita sebagai makhluk patutlah mensyukurinya.
Hendaknya ketika kita sedang mendapatkan sebuah pujian dari orang lain bacalah doa seperti yang dilakukan oleh Abu Bakar. Ash-Shiddiq. Seperti apa doanya?
“Allahumma anta a’lamu minni bi nafsiy, wa anaa a’lamu bi nafsii minhum. Allahummaj ‘alniy khoirom mimmaa yazhunnuun, wagh-firliy maa laa ya’lamuun, wa laa tu-akhidzniy bimaa yaquuluun.”
Artinya, “Ya Allah, Engkau lebih mengetahui keadaan diriku daripada diriku sendiri dan aku lebih mengetahui keadaan diriku daripada mereka yang memujiku. Ya Allah, jadikanlah diriku lebih baik dari yang mereka sangkakan, ampunilah aku terhadap apa yang mereka tidak ketahui dariku, dan janganlah menyiksaku dengan perkataan mereka,” (Diriwayatkan oleh Al-Baihaqi dalam Syu’ab Al- Iman, 4: 228, no.4876. Lihat Jaami’ Al-Ahadits, Jalaluddin As-Suyuthi, 25: 145, Asy-Syamilah).
Itulah salah satu doa yang bisa kita panjatkan kepada Allah, jika ada orang yang memuji. Jadi, Anda jangan bangga ketika dipuji. Tetapi, Anda haruslah waspada. Jangan sampai pujian itu melemahkan keimanan kita. Alangkah lebih baik jika Anda tidak menyukai pujian. []