SALAH satu hal yang harus sangat diperhatikan adalah masalah urusan hati. Jika sudah terjangkit penyakit hati, maka sulit sekali untuk menyembuhkannya. Salah satu perkara yang sangat berpotensi mengundang penyakit hati adalah pujian.
Biasanya seseorang tergelincir ke dalam sifat ujub, riya dan lain sebagainya dikarenakan sebuah pujian, sedang diri tidak bisa mengelola saat menerimanya. Maka, perhatikanlah penjelasan dari Ustadz Ammi Nur Baits perihal menanggapi pujian yang diberikan kepada diri kita.
Dalam kajian seputar raqaiq (membangun kelembutan hati), kita selalu diajarkan bahwa tidak ada pujian yang berarti selain pujian Allah. dan tidak ada celaan yang berarti, selain celaan dari Allah. karena Dia-lah Dzat yang mengetahui kondisi hamba-Nya lahir bathin.
Allah Ta’ala berfirman,
فَلَا تُزَكُّوا أَنْفُسَكُمْ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنِ اتَّقَى
“Jangan kalian memuji-muji diri kalian sendiri, karena Dia-lah yang paling tahu siapa yang bertaqwa.” (QS. an-Najm: 32)
Karena itulah, seorang mukmin akan lebih memperhatikan kondisi bathinnya dibandingkan penilaian orang lain. Manusia hanya bisa menilai lahiriyah, sementara kondisi bathin mereka buta. Maka, ketika ada yang memuji atau mendengar pujian, sebagai seorang muslim, ada sebuah do’a yang bisa kita amalkan.
Doa ketika Dipuji
Kami tidak mengetahui adanya doa khusus dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika kita mendengar pujian orang lain. Hanya saja ada riwayat dari sahabat yang membaca doa berikut ketika dia berdoa.
Dari Adi bin Arthah –rahimahullah – (seorang ulama Tabi’in) beliau bercerita,
كان الرجل من أصحاب النبي – صلى الله عليه وسلم – إذا زُكِّي، قال
“Dulu ada seorang sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, yang apabila dia dipuji mengucapkan,
اللَّهُمَّ لا تُؤَاخِذْنِي بِمَا يَقُولُونَ، واغْفِر لِي مَا لَا يَعْلَمُونَ واجْعَلْنِي خَيْراً مِمَّا يَظُنُّونَ
“Ya Allah, jangan Engkau menghukumku disebabkan pujian yang dia ucapkan, ampunilah aku, atas kekurangan yang tidak mereka ketahui. Dan jadikan aku lebih baik dari pada penilaian yang mereka berikan untukku.”
Doa ini diriwayatkan Bukhari dalam Adabul Mufrad (no. 761) dan sanadnya dishahihkan al-Albani. Juga al-Baihaqi dalam Syua’abul Iman (4/228).
Doa ini menunjukkan bahwa sahabat adalah manusia yang jauh dari karakter bangga dengan pujian manusia. Bahkan mereka mengakui kekurangan yang mereka miliki, yang itu tidak diketahui orang yang memuji. Dengan ini akan menghalangi kita dari potensi ujub. Pun, dengan ini pula kita akan lebih mudah mengakui kekurangan kita. Wallahu a’lam bish shawab. []
Sumber:Hijaz[dot]id