HASAN Al-Basri rohimahullah menulis surat kepada Umar bin Abdul Aziz rohimahullah, dan dalam suratnya Hasan Al-Basri berkata, “Ketahuilah, sesungguhnya tafakkur Itu mengajak pelakunya kepada kebaikan dan mengamalkannya. Menyesali kejahatan Itu membuat pelakunya meninggalkannya.
Apa yang telah hilang – kendati sangat banyak-tidak bisa dibandingkan dengan apa yang masih ada, kendati mencarinya adalah sesuatu yang mulia. Bersabar terhadap kelelahan sebentar yang menghasilkan istirahat lama itu lebih baik , daripada penyegeraann istirahat sebentar yang menghasilkan kelelahan abadi.
BACA JUGA:Â Dunia di Mata Nabi Isa
Waspadalah terhadap dunia yang menipu, berikhianat, dan memperdaya. ia berhias dengan tipuannya, berdandan dengan muslihatnya, membunuh manusia dengan mimpi-mimpinya, dan membuat ridu para pelamarnya, hingga Ia menjadi seperti pengantin yang menjadi pusat perhatian. Semua mata melihat kepadanva.
Semua hati rindu kepadanva. dan semua jiwanva tertarik kepadanya. Ia menjadi pembunuh bagi semua suami- suaminya. Tragisnya orang yang masih hidup tidak mau belajar dari orang yang telah meninggal dunia, generasi terakhir tidak mengambil pelajaran dari generasi pertama, orang bijak tidak mendapatkan manfaat dari banyaknya pengalaman, dan orang yang kenal Allah dan beriman kepada-Nya tidak ingat ketika la diberi penjelasan tentang dunia.
Akibatnya, hati manusia mencintai dunia dan jiwa mereka kikir dengannya. Ini semua tidak lain bentuk kerinduan kita kepada dunia, karena barangsiapa merindukan sesuatu, Ia tidak memikirkan yang lain. Ia mati ketika memburunya atau berhasil mendapatkannya. Kedua orang tersebut adalah perindu dan pemburu dunia.
Perindu dunia telah sukses mendapatkan dunia dan tertipu dengannya. Dengan dunia, Ia lupa akan prinsip dan hari akhirat. Hatinya disibukkan oleh dunia. Hatinya dibuat larut oleh dunia, hingga kakinya tergelincir di dalamnya, dan kematian datang kepadanya dengan sangat cepat daripada sebelumnya. Ketika itu, penyesalanya pun menggelembung, kesedihannya membesar, terkumpul padanya sakaratul maut dan rasa sakitnya dengan sedih kehilangan dunia.
Sedang orang kedua meninggal sebelum berhasil memenuhi kebutuhannya. Ia pergi dari dunia dalam keadaan terpukul hatinya, tidak mendapatkan apa yang dicarinya dan jiwanya tidak bisa istirahat, dari kelelahan. Ia keluar dari dunia tanpa bekal dan tiba tanpa membawa oleh-oleh. Oleh karena itu, waspadalah secara penuh terhadap dunia, karena dunia itu tak ubahnya seperti ular; kulitnya halus, namun racunnya mematikan.
Berpalinglah dari apa saja di dunia ini yang menarik hatimu, karena jarang sekali sesuatu yang ada di dunia ini yang menemanimu. Buanglah seluruh ambisi kepada dunia dari dalam hatimu, karena engkau mengetahui dunia itu menyakitkan dan engkau yakin akan berpisah dengannya. Oleh karena itu, waspadalah wahai Amirul Mukminin. Karena sesungguhnya pemilik dunia, setiap kali ia senang kepadanya maka itu berubah menjadi kebencian.
BACA JUGA:Â Ini 4 Manfaat Dunia dan Akhirat bagi Orang yang Bersedekah
Orang yang gembira di dunia ialah orang yang tertipu, orang yang bermanfaat di dalamnya kelak menjadi orang yang merugi, kemakmuran di dalamnya diberikan bercampur dengan cobaan, dan keabadian di dalamnya berubah menjadi fana. Kebahagiaan di dalamnya bercampur dengan kesedihan, dan akhir kehidupan di dalamnya adalah lemah dan tidak berdaya. Oleh karena itu, lihatlah dunia seperti penglihatan orang zuhud yang hendak meninggalkannya, dan jangan melihat dunia seperti penglihatan perindu yang jatuh cinta.
Ketahuilah, bahwa dunia itu menghilangkan tamu yang telah menetap, dan menyakitkan orang tertipu yang merasa aman. Apa yang telah berlalu dari dunia tidak akan kembali lagi, dan apa yang akan datang tidak bisa diketahui, apa lagi ditunggu.!
Waspadalah terhadap dunia, karena mimpi-mimpinya dusta belaka, khayalan- khayalannya batil kehidupannya melelahkan, dan kejernihannya adalah keruh. Engkau terancam mendapatkan dua hal di dunia ini; nikmat yang akan sirna, dan cobaan yang akan datang, atau musibah yang menyakitkan, dan kematian yang memutus segala-galanya. []
BERSAMBUNG ke bagian 2
Dinukil dari buku Wasiat–Wasiat Ulama terdahulu oleh Syaikh Salim l’ed Al-Hilali