JAKARTA–Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) mengimbau para pengguna WhatsApp untuk segera meng-update aplikasi chatting terpopuler di dunia ini ke versi terbaru.
Imbauan ini terkait kasus kerentanan keamanan pada WhatsApp yang disusupi spyware yang dibuat perusahaan Israel, NSO group.
Untuk menjaga keamanan, BSSN meminta pengguna WhatsApp Android WhatsApp versi v2.19.134 dan WhatsApp Business versi v.2.19.44 untuk meng-update aplikasi ke versi terbaru.
BACA JUGA:Â Perusahaan ‘Spyware’ asal Israel Diduga Terlibat dalam Pembunuhan Jamal Khashoggi
Pengguna ponsel iPhone yang menggunakan WhatsApp versi v21.19.51 dan WhatsApp Business versi V.2.19.51 untuk melakukan pemutakhiran aplikasi ke versi terbaru.
Begitu juga pengguna ponsel Windows Phone yang menggunakan WhatsApp versi V2.18.384 dan pengguna ponsel yang menggunakan sistem operasi Tizen yang menggunakan WhatsApp versi v2.18.15 untuk melakukan update aplikasi ke versi terbaru.
Menurut IndiaToday, spyware ini mampu mengawasi dan memata-matai di perangkat pengguna kemudian bisa mencuri semua datanya. Beberapa data yang bisa diambil adalah daftar panggilan telepon, foto, kontak, email hingga lokasi.
BACA JUGA:Â Arab Saudi Gunakan Spyware Buatan Israel, Untuk Apa?
Namun, spyware ini tidak bisa mengambil data chatting atau percakapan pengguna WhatsApp karena pesan di aplikasi ini menggunakan end-to-end enkripsi.
“Enkripsi WhatsApp tidak relevan dengan serangan ini, enkripsi berfungsi dengan benar dan melindungi perangkat dari hacker yang menguping,” ujar Head of Product Vulnerability Research di Checkpoint Securty Vanunu menjelaskan.
Pesan WhatsApp menggunakan end-to-end enkripsi. Artinya, pesan tersebut diacak ketika pesan dikirim pengguna. Pesan dapat di dekripsi hanya oleh perangkat penerima pesan. Hacker tidak bisa membaca pesan apapun yang mereka sadap ketika pesan berada di jaringan internet.
Enkripsi end-to-end mempersulit hacker untuk membaca pesan, bahkan jika mereka akhirnya menemukan cara untuk mengakses beberapa di antaranya, seperti dikutip dari BBC, Kamis (16/5/2019). []
SUMBER: CNBC