JENEWA–Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) kembali melontarkan pernyataan kontroversial mengenai virus corona.
WHO melihat kemungkinan virus corona akan berada di muka bumi untuk jangka waktu yang lama. Bahkan, penerapan pembatasan sosial dan lockdown di sejumlah negara diprediksi tak akan mampu menghentikan penyebaran sepenuhnya.
BACA JUGA:Â Afrika di Tahap Awal Pandemi Corona, WHO: Virus akan Bersama Kita dalam Waktu Lama
“Kita memiliki virus baru yang memasuki populasi manusia untuk pertama kalinya dan oleh karena itu sangat sulit untuk diprediksi kapan kita akan mengatasinya,” ujar Eksekutif Program Kedaruratan WHO, Michael Ryan, dalam konferensi pers virtual di Jenewa seperti dilansir AFP pada Rabu (13/5/2020).
“Penting untuk membahas ini, virus (corona) dapat menjadi endemi virus lain di komunitas kita dan virus ini kemungkinan tidak akan pernah pergi,” tambahnya.
Kendati demikian, Ryan mengingatkan populasi dapat beradaptasi di tengah kehadiran virus itu. Ia mencontohkan virus HIV yang saat ini masih menjadi endemi di tengah masyarakat. Dalam hal ini, masyarakat akhirnya mengetahui cara mencegah penularannya.
Organisasi di bawah PBB ini juga mengingatkan tidak ada jaminan bahwa pelonggaran pembatasan sosial tidak akan memicu gelombang kedua penyebaran virus ini.
“Saya pikir penting untuk realistis dan saya kira tidak ada seorang pun yang dapat memperkirakan kapan pandemi ini akan berakhir,” ujarnya.
BACA JUGA:Â Minta Negara-negara Eropa Tak Longgarkan Lockdown, WHO: Tak Ada Jalur Cepat Kembali ke Normal
Sementara itu Dirjen WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, mengatakan tidak ada yang bisa menjamin bahwa pelonggaran lockdown tak akan memicu gelombang kedua virus corona.
“Banyak negara ingin keluar dari langkah-langkah yang berbeda. Tapi rekomendasi kami tetap waspada di negara mana pun harus pada tingkat setinggi mungkin,” ucap Tedros.
Berdasarkan data yang dihimpun Worldometers, hingga Rabu (13/5/2020), virus corona telah menginfeksi 4,4 juta warga dunia di mana sekitar 1,64 juta pasien sembuh dan 296 ribu meninggal dunia. []
SUMBER: CNN