Oleh: Aflaha Man Tazakka
qismelaamtolibatirrayah@gmail.com
“Maha Suci Allah yang telah menciptakan pasangan-pasangan (bagi)semuanya …” [QS. Yaa Siin (36):36].
MENIKAH adalah adat dan kebutuhan yang lumrah dalam hidup manusia, yaitu bersatunya dua insan dalam ikatan akad. Dalam Islam sendiri menikah dipandang sebagai ibadah yang paling besar dan paling lama. Bisa jadi ia berlangsung seumur hidup, maka karenanyalah ia dianggap penyempurna agama.
Adapun remaja zaman ini nampaknya memandang pernikahan sebagai sebuah lompatan kehidupan yang mudah diawali dan mudah dijalani. Karena membayangkan indahnya hidup baru dan hari-hari yang dipenuhi perhatian dan kasih sayang dari pasangan. Tak ada yang salah memang dengan menikah muda. Karena yang terpenting adalah kesiapan bekal dan mental demi keberlangsungannya. Oleh karena itu semoga ulasan di bawah ini bisa menjadi referensi dan masukan bagi kita semua untuk lebih luas dalam memandang urusan pernikahan.
Perbedaan
Antara pasangan suami istri tentu akan banyak ditemui perbedaan. Mulai dari gaya hidup yang berbeda, cara berpikir yang berbeda, selera yang berbeda, bahkan kepribadian, sikap, dan akhlak yang berbeda. Hal sekecil apapun bisa saja menjadi pertikaian besar diantara keduanya jika tidak ada yang bersedia mengalah terkait perbedaan-perbedaan ini.
Namun terus-terusan mengalah juga akan membuat kita lelah bukan? Maka dari itu berusahalah untuk menemukan seseorang yang bisa membersamaimu bagaimanapun kerasnya perbedaan itu. Yaitu dengan cara saling lapang dada, menghargai, dan yang paling penting adalah mau menerima kebenaran sehingga mudah menerima nasihat dan kritikan.
Keluarga
Perlu diperhatikan bahwa ketika menikah kita tidak saja menjadi bagian dari pasangan kita melainkan juga menjadi bagian dari seluruh keluarga besarnya. Artinya, orangtuanya wajib kamu hormati dan saudara-saudara kandungnya harus kamu sayangi. Adapun problema yang acap kali terjadi setelah menikah adalah, baik istri atau suami kurang menghormati mertuanya, atau lebih mengutamakan orangtua kandungnya dibanding mertuanya. Sehingga yang mungkin terjadi adalah orangtua dinomerduakan.
Padahal setelah menikah bukan hanya istri yang patut dinafkahi melainkan orangtua juga tetap memiliki hak yang sama untuk diperhatikan dan diutamakan. Maka menikahlah dengan orang yang bisa menerimamu, juga menerima keluargamu.
Ekonomi
Setelah menikah hal yang paling besar menuntut kerjasama antara suami istri adalah ekonomi. Tanggungan makan sebulan, bumbu dapur dan perabotan, biaya air-listrik, tunjangan kesehatan, tunjangan pendidikan anak, dan kebutuhan lain-lainnya harus dituntaskan. Problema yang sering terjadi adalah tidak ada komunikasi yang baik antara suami istri dalam me-manage urusan keuangan. Oleh karena itu usahakan untuk saling memahami satu sama lain dalam menentukan kebutuhan pokok dan kebutuhan tambahan. Karena jika tidak, ini bisa menjadi sebab munculnya percekcokan di dalam rumah tangga.
Adapun hal-hal tadi disebutkan bukan untuk menakut-nakuti orang yang ingin menyegerakan menikah. Hanya saja agar kita tidak memandang pernikahan dari segi kenikmatannya saja, karena hal-hal di atas tadi ibaratnya hanya setetes dari derasnya guyuran problematika rumah tangga. Oleh karenanya kita juga harus memandang pernikahan dari segi beban, amanah, tujuan, dan prospek ubudiyyah-nya. Adapun yang akan dijelaskan di bawah ini adalah tindakan-tindakan yang sekiranya dapat dilakukan setiap remaja ketika keinginan untuk menikah telah bergejolak, yaitu:
| Memantapkan langkah
Kamu sudah mempersiapkan segala hal, diantaranya: sabar menunda pernikahan sampai menyelesaikan jenjang pendidikan sarjana, sudah bermusyawarah dengan orangtua, sudah memiliki penghasilan sendiri, juga sudah berusaha dan tawakkal. Namun di lain sisi menafkahi orangtua masih luntang-lantung, belum punya rumah sendiri, belum juga mampu membeli mahar, dan lain-lain. Berbagai alasan terasa bagaikan halangan. Terkadang karena kamu terlalu pengecut, mencintainya namun tak berani atau belum siap dengan segala resiko yang ada dibaliknya.
Bukankah dalam agama kita segala sesuatu dibuat mudah namun bukan itu dianggap enteng? Jikalau memang yakin dan telah menyertakan Allah subhanahu wata`ala dalam setiap pilihanmu, maka tak perlu ragu untuk mengambil langkah mengajaknya taarruf atau khitbah. Dalam segala hal gunakanlah niat yang benar dan cara yang benar.
| Prioritas dalam menikah
Amat disayangkan jikalau beristri cantik namun tidak mampu menjaga lisan, dari mulutnya sering keluar kata-kata pedas berbentuk omelan dan keluhan, itu hanya membisingkan telinga dan memperkeruh suasana bukan? Amat disayangkan pula jikalau bersuami kaya namun kikir tak dermawan dan tak rendah hati, itu hanya menambah kehampaan karena bahagia tidak diukur dari banyaknya harta.
Pada akhirnya, kamu hanya memerlukan seseorang yang bersedia menerima kekuranganmu, seseorang yang bisa membahagiakanmu dengan cara sederhana, seseorang yang berusaha tenang menghadapi emosimu, seseorang yang bersedia direpotkan olehmu, dan seseorang yang bisa kamu ajak berlelah bersama di dunia untuk akhirat yang lebih kekal. Maka tentukan tujuan dan prioritasmu dalam menikah. Menikmati keduniaan sekedar-kah atau ingin sampai ke surga bersama?
| Memperbaiki diri
Alangkah baiknya untuk tidak menargetkan menikah di tahun tertentu, karena jika belum tercapai kamu sendiri yang akan tergesa-gesa. Menikah bukan soal cepat atau lambat, melaikan waktu yang tepat dan pemilihan yang cermat. Di zaman penuh godaan ini, ketika mencari pasangan baik amatlah terasa sulit, maka janganlah mencari melainkan berusahalah menjadi. Karena yang terjaga untuk yang menjaga, dan Maha Benar Allah yang telah menjanjikan lelaki yang baik untuk wanita yang baik pula.
“Wanita yang baik adalah untuk lelaki yang baik, lelaki yang baik untuk wanita yang baik pula (begitu pula sebaliknya). Bagi mereka ampunan dan rizki yang melimpah (yaitu Surga)” [QS. An Nuur (24):26].
| Memilih pasangan
Adapun Nabi Muhammad ﷺ telah menunjukkan kita arahan yang sangat cermat dalam memilih pendamping hidup yang tersirat dalam hadits Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi ﷺ, beliau bersabda: “Wanita dinikahi karena empat hal (alasan), karena hartanya, karena keturunannya, karena kecantikannya, dan karena agamanya. Maka pilihlah karena agamanya, niscaya kamu akan beruntung.” Ini dikarenakan, ketika seseorang telah menjadikan al-Quran dan as-Sunnah sebagai landasan beramal maka itu ibarat jaminan yang bisa membuatmu percaya untuk memilihnya sebagai teman hidup dunia dan akhirat.
Berdoalah kepada Allah dan selalu sertakan Allah dalam setiap pilihanmu. Ketika syahwat dan syubhat bertemu, di situlah kadangkala kita jadi susah dalam melihat mana sebenarnya calon yang sudah Allah subhanahu wata`ala pilihkan untukmu. Maka utamakanlah ketetapan Allah dan coba lemahkan egomu. Agar kelak pasanganmu menjadi surgamu di dunia, dan menjadi pembuka jalan menuju surga akhirat yang sesungguhnya.
Ketahuilah bahwasanya rumah tangga tak hanya sekadar aktivitas membangun rumah, melainkan juga membangun tangga-tangga menuju surga. Maka pilihlah pasangan yang bisa kamu ajak untuk itu.
Saudaraku, tak ada yang salah dengan keinginanmu untuk segera menikah. Bahkan itu sangat sesuai dengan sunnah Nabi yang menghimbau umatnya untuk menyegerakan membangun rumah tangga dan memperbanyak keturunan. Menikah bisa menjadi ladang pahala, dan sebaliknya bisa juga menguras tenaga sia-sia.
Ada suami yang harus ditaati, ada istri yang harus diayomi, dan ada anak-anak yang nanti juga harus diasuh dididik dan diarahkan. Untuk itu persiapkanlah pondasi iman, ilmu, khususnya ilmu seputar pernikahan dan panduan berumahtangga, dan bekal lainnya agar rumah tangga kuat dan sejahtera. Dan sebaik-baik bekal adalah ketaqwaan.
Saudaraku, jangan mudah terbawa perasaan karena itu adalah permainan setan. Berdoalah meminta atas dasar berserah diri, bukan instruksi dari perasaan. Karena perkara hati sering menjadi mainan bagi setan untuk menimbulkan syahwat. Disinilah cinta yang semula fitrah bisa berubah menjadi cinta yang salah. Sadarlah bahwa jodoh adalah perkara nalar Yang Kuasa, bukan nalar manusia.
Saudaraku, bila belum tiba waktu yang kamu harapkan, tak perlu berkecil hati. Selagi masih leluasa sendiri nikmatilah kesendirian ini sebagai peluang untuk berbuat kebaikan, menuntut ilmu, berprestasi, dan terus meningkatkan ibadah kepada Allah subhanahu wata`ala.
Rabbana hablana min azwajina wa dzurriyyatina qurrata a`yun … aamiin ya rabbal `alamin. []
Kirim RENUNGAN Anda lewat imel ke: islampos@gmail.com, paling banyak dua (2) halaman MS Word