“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).” (Qs Ali Imran [3] : 14)
SAAT Ibukota Persia Mada’in berhasil ditaklukkan oleh Kaum Muslimin, dan Kisra selaku Maharaja Persia diusir dari istananya.
Daerah dengan kekuasaan yang sangat luas itu memberikan harta rampasan sangat besar yang kini beralih ke tangan pasukan Muslim.
Sa’ad bin Abi Waqash mengirimkan seperlima bagian harta rampasan kepada Khalifah Umar.
BACA JUGA: Cara Umar bin Khattab Hilangkan Perasaan Sombong
Harta lainnya menjadi hak Allah dan Rasul-nya untuk dibagikan kepada kaum fakir miskin, anak-anak yatim piatu, dan sebagainya.
Terdapat pula selembar permadani indah berukuran enam puluh hasta yang penuh dengan ukiran emas dan intan berlian, serta beberapa buah mahkota Kisra.
Khalifah Umar bin Khattab mengamati semua barang berharga itu dengan berlinang air mata.
Abdurahman bin Auf bertanya, “Ya Amirul Mukminin, kenapa Anda menangis? Semestinya Anda sekarang justru bersyukur!”
“Nikmat Allah yang berupa barang-barang seperti ini dapat membuat orang saling iri hati, dan saling membenci. Janganlah kalian seperti itu. Barang-barang karunia Allah ini pasti akan dibagikan kepada kaum Muslim menurut jatahnya masing-masing,” ucapnya.
BACA JUGA: Perlindungan Umar bin Khattab kepada Kaum Wanita
Setelah semuanya dibagikan sama rata, hingga permadani indah dipotong berkeping-keping. Masing-masing mendapat bagiannya yang kemudian menjualnya seharga 20.000 dirham.
Umar bin Khattab mempunyai sikap dan kebijakan, karena itu hasil perampasan ia masukkan ke kas Negara.
Hal ini dilakukan untuk menghindari adanya kecemburuan atau prasangka yang mungkin mampu menimbulkan perpecahan.
“Sesungguhnya diantara yang aku khawatirkan atas kalian sepeninggalanku nanti ialah terbuka lebarnya kemewahan dan keindahan dunia ini padamu.” (HR Bukhari dan Muslim)[]
Sumber: Oase Kehidupan, Merujuk Kisah-Kisah Hikmah Sebagai Teladan/Penerbit: Marja/Penulis:Abu Dzikra – Sodik Hasanuddin,2013