Oleh: Ari Cahya Pujianto
“ANA Khairun Minhu,” ujar iblis ketika enggan diperintahkan oleh Allah Swt sujud kepada Nabi Adam As. Karena apa? Karena Iblis merasa lebih baik, Iblis diciptakan dari api sedangkan Nabi Adam As diciptakan dari tanah.
Hmm.. Lalu, apa bedanya dengan saat ini. Ada yang merasa paling khair halalan thayyiban dan meragukan kehalalan yang lain padahal sesama muslim lho. Padahal sama-sama keturunan yang diciptakan dari tanah lho. Sama-sama makan dari hasil tanah lho. Dan akan kembali ke tanah pula, tapi mengapa masih mempunyai sifat langit. Hmm.. hmm.. hmm..
Ya, fenomena ini sudah saya rasakan semenjak 2 tahun lalu. Fenomena ramainya orang berhijrah.
BACA JUGA: Hijrah karena Dia, Bukan karena ‘dia’
“Jadi, kamu enggak suka dengan Orang-orang hijrah, Ri?”
Bukan gitu. Bukan hijrahnya yang jadi masalah. Yang jadi masalah ketika sudah berhijrah, lantas marak pula mengkafirkan sesama muslim. Ya Allah.
Mengutip hadits, “Barangsiapa memanggil dengan sebutan kafir atau musuh Allah padahal yang bersangkutan tidak demikian, maka tuduhan itu akan kembali kepada penuduh.” (HR Bukhari-Muslim). (Sumber: Nu.or.id).
Lalu, kalo sudah marak seperti itu siapa yang paling senang? Ya kaum kafir yang sesungguhnya lah. Hmm, sedih hati adek bang.
Karena apa, dengan kita mudah menyalahkan orang lain, dan merasa diri paling benar itu tanda bahwa kita dhaif (lemah) ilmu.
BACA JUGA: Ketika Hijrah Tak Sekedar Merubah Gaya
Kalo gitu, itu sudah masuk ke ranah sombong dong jadinya.
Mengutip hadits, “Haritsah bin Wahb Al Khuzai’i berkata bahwa ia mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Maukah kamu aku beritahu tentang penduduk neraka? Mereka semua adalah orang-orang keras lagi kasar, tamak lagi rakus, dan takabbur(sombong).“ (HR. Bukhari no. 4918 dan Muslim no. 2853). (Sumber: Muslim.or.id)
Jadi solusinya apa? Ya solusinya harus belajar dulu, belajar lagi, belajar terus. Belajar ke ulama, ustadz yang baik akhlaknya. In sya Allah kalo baik akhlaknya, ilmunya shahih. Berkumpul dengan Orang-orang shaleh yang tak pernah merasa dirinya lebih khair. []