RASULULLAH shalallahu ‘alaihi wasallam tidak menyatukan para sahabat di atas keuntungan sesaat. Beliau melenyapkan segala penutup yang menghalangi mata hingga mampu melihat kebenaran yang sekian lamanya telah tertutup. Mengusap kotoran di hati mereka sehingga mengetahui keyakinan di atas keyakinan yang dulu terhalang kejahilan.
BACA JUGA: Nasihat Nabi untuk Umar ibn Ummu Salamah
Rasulullah dengan karunia yang telah diberikan-Nya menghubungkan umat manusia dengan Rabbnya, Tuhan Yang Esa, Pencipta segala sesuatu. Beliau membuat perbandingan bagi umat manusia antara kekekalan dan kefanaan, hingga manusia tentunya harus lebih mementingkan kehidupan akhirat yang dimulai dengan kita berbekal di dunia ini.
Cukuplah Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam, karena telah menyuguhkan kebaikan besar bagi umat ini. Oleh karena itu, para sahabat yang dulu diuji dengan berbagai penyiksaan, gangguan, dan lain sebagainya, mereka tetap bersabar dan mengharap pahala Allah Azza wa Jalla. Kala diperangi budak-budak berhala, para sahabat menerapkan apa yang mereka ketahui dari Rasulullah. Sebab, peperangan antara kekafiran dan keimanan suatu saat pasti akan berakhir. Selanjutnya, akan terlihat jelas siapa syuhada dan siapa yang binasa, mana orang mukmin yang menegakkan perintah Allah dan mana orang-orang musyrik yang terhina atas izin Allah.
BACA JUGA: Ternyata Laki-Laki yang Mengikuti Orang Badui Itu Nabi
Itulah yang Rasulullah tanamkan kepada para sahabat. Yang tentunya itupun harus kita tanamkan dalam diri dan juga jiwa kita, menerima setiap apa yang datang dari Allah dan juga Rasul-Nya. Semoga Allah Azza wa Jalla senantiasa memberi kita hidayah dan petunjuk. []
Sumber: Syaikh Mahmud Al-Mishri. Dzulqa’dah 1437 H. Biografi 35 Shahabiyah Nabi. Jakarta Timur: Ummul Qura.