SEBAGAI saudagar terkemuka di kalangan Quraisy, Abu Bakar sering melakukan perjalanan menyusuri gurun, desa, dan kota di jazirah Arab sehingga ia banyak mengenal karakter manusia dan agama, khususnya Nasrani.
Suatu hari Abu Bakar duduk di pelataran Ka’bah, di situ Abu Bakar mendengar percakapan antara Zaid bin Amru bin Nufail dan Umayyah bin Abi Salt. Dalam percakapan itu Abu Bakar mendengar salah seorang dari mereka berkata bahwa akan ada Nabi yang diutus kepada manusia.
BACA JUGA: Ketika Abu Bakar Diusir Kaumnya
Abu Bakar menuturkan, “Aku sebelumnya tidak pernah mendengar akan datang seorang Nabi yang diutus atau ditunggu. Aku segera menemui Waraqah bin Nufail, salah seorang ahli kitab yang dikenal jujur, bijaksana lagi mulia.
Waraqah bin Nufail adalah salah seorang pendeta Nasrani yang juga salah seorang sahabat Abu Bakar. Setelah bertemu, Abu Bakar menceritakan apa yang didengarnya dan meminta pendapat darinya mengenai akan adanya seorang Nabi yang diutus.
Waraqah berkata, “Benar. Namun, Ahli Kitab enggan menerima kebenaran dan akan memusuhinya dikarenakan nabi yang ditunggu ini bukan dari bangsa mereka, melainkan dari kalangan bangsa Arab.”
“Apa yang disampaikan nabi itu hingga ia dimusuhi?” tanya Abu Bakar.
BACA JUGA: Abu Bakar pun Memeluk Jasad Rasulullah
“Dia menyeru kepada Tuhan Yang Esa, menyeru kepada apa yang diwahyukan padanya, bersikap adil, dan tidak berbuat zalim.” jawab Waraqah.
Dengan berbekal penjelasan dari sahabat Nasrani nya itulah, ketika mengetahui Rasulullah diutus, Abu Bakar segera beriman kepadanya tanpa keraguan sedikitpun. []
Sumber: DR. Ahmad Hatta MA., dkk. Januari 2015. The Golden Story of Abu Bakar Ash-Shiddiq. Jakarta Timur: Maghfirah Pustaka.