Oleh: Raidah Athirah
Penulis, Kontributor Islampos, tinggal di Polandia
AWAL Mei sebelum Ramadan tiba, kotak surat kami dipenuhi surat dari kepolisian. Kami sempat bingung ada gerangan apa lagi nih kok dalam sebulan dua surat denda muncul padahal kami merasa tidak melakukan pelanggaran apapun.
Saat dibuka, taraaaaa… kami diingatkan dengan hasil foto CCTV yang memperlihatkan bahwa mobil kami menerobos lampu merah. Abu Aisha masih tidak percaya karena selama menyetir memang selalu hati-hati. Foto dari kamera CCTV itu memuat informasi lengkap berupa; tanggal, jam, menit bahkan detik keberapa mobil menerobos lampu merah.
Setelah membolak-balik surat denda, mengingat-ngingat dan membandingkan dengan hasil foto, barulah kami tersadar bahwa pada tengah malam buta di musim dingin di awal tahun, tanpa sengaja suami menyetir ketika lampu lalu-lintas masih berwarna kuning. QadarAllah, sebagian badan mobil tertangkap lampu merah.
Tidak ada siapapun yang melihat kejadian itu bahkan kami sendiri tidak tahu kalau kami melakukan pelanggaran. Denda untuk pelanggaran ini cukup mahal, 500 zloty atau setara Rp 1.775.000.
Di titik ini, saya dan suami hanya saling menghela nafas. Mengucap kalimat istighfar karena belum selesai yang ini, kartu denda dari salah parkir juga datang. Besarnya lumayan juga yakni 100 zloty atau kurang lebih Rp 355.000.
Di Polandia, kamera CCTV memang terpasang dimana-mana. Tidak ada yang terlepas dari pantauan. Di jalan-jalan, di pertokoan bahkan di tempat-tempat ibadah. Siapa yang berani melakukan pelanggaran akan dikenai sanksi. Semua gerak-gerik terpantau.
Sampai di sini kami tersadar tentang salah satu nama Allah yang termasuk dalam Asmaul Husna yakni Ar-Raqib, Yang Maha Mengawasi. Ya… Ada Yang Maha Mengawasi. Setiap apa yang kita lakukan tidak pernah luput dari pengawasanNya.
Apapun yang kita perbuat baik sengaja maupun tidak, ada yang mengawasi. Kami seperti halnya saudara memahami benar bahwa ketika kita merasa diawasi, maka tindak-tanduk kita akan lebih hati-hati. Setiap niat, langkah dan tindakan tidak terlepas dari pengawasanNya, sekalipun luput dalam pandangan manusia.
“Dan ketahuilah bahwasanya Allah mengetahi apa yang ada dalam hatimu, maka takutlah kepada-Nya,” (QS al-Baqarah:235).
“Mereka bersembunyi dari manusia, tetapi mereka tidak bersembunyi dari Allah, padahal Allah beserta mereka, ketika pada suatu malam mereka menetapkan keputusan rahasia yang Allah tidak ridhai. Dan adalah Allah Maha Meliputi (ilmu-Nya) terhadap apa yang mereka kerjakan,” (QS an-Nisaa’:108).
Ketika merenungi peristiwa ini, kami sampai pada titik kesadaran bahwa tidak ada satu makhluk pun yang luput dari pengawasanNya. Bila CCTV lalu lintas saja sudah dikategorikan begitu canggih, terbayang dengan pengawasan Rabb, Allah Tuhan Yang Maha Mengawasi.
Semakin yakin bahwa apapun yang dikerjakan tercatat, terekam dan kelak akan diminta pertanggungjawaban. Diminta membayar akan perbuatan-perbuatan yang melanggar perintahNya. Aturan lalu lintas saja kami sudah tak bisa mengelak, bagaimana kelak di hari pertanggungjawaban?
Bila mengingat ini, kami bersama menangis. Mengingat salah yang banyak, perbuatan dosa yang terus terulang. Ramadhan ini kami bertekad mengayuh dengan amal dan ilmu yang sedikit, semoga ampunan dan rahmat Allah kami dapatkan walau tertatih sangat bila dipandang.
***
Berbuat hendaklah didasarkan pada ilmu, pada pengetahuan bukan karena orang-orang ramai melakukannya.
Cerita soal salah parkir ini bisa menjadi pelajaran. Sudah yakin teramat yakin bahwa tempat kosong di sekitaran Royal Lazienki ini memang bebas parkir. Buktinya ,ada banyak mobil yang parkir disitu. Hasilnya,hari itu semua mobil yang parkir di situ kena tilang. Pulang dengan surat mandat (denda) di tangan masing-masing. Inilah yang dinamakan jangan suka membebek. Sudah tahu bahwa tidak ada tanda parkir tapi lantaran lihat banyak mobil yang parkir jadi ikut-ikutan bahwa benar ini memang tempat ‘parkir’.
Tibalah saatnya polisi datang dan sempat adu argumen. Argumen pembenaran dari kami memang lucu. Kami parkir di sini karena banyak mobil lain juga yang sudah parkir duluan.
Jawaban polisi: ” Pan… Anda mengikuti aturan parkir atau aturan orang banyak? Kalau Pan lihat tidak ada simbol parkir maka jangan parkir di sini!”
“Berarti semua mobil yang parkir disini kena denda?”
“Ya… semuanya, Pan.”
Lembar-lembar surat denda sudah dipersiapkan. Tidak berapa lama pemilik mobil di samping kami datang dan terlihat bingung. Setelah salah satu polisi menjelaskan, dia menerima surat denda dengan wajah kesal.
Setelah itu berturut-turut semua pemilik mobil di areal itu dikenai denda. Macam-macam tanggapannya. Ada yang mirip kami,adu argumen dulu. Ada yang langsung pasrah. Ada yang lebih seru, adegan marah-marah. Ada yang bahkan datar-datar saja. Satu peristiwa beragam reaksi. Begitulah manusia.
Kami benar-benar disadarkan atas kejadian-kejadian ini bahwa hendaklah berdiri kokoh di atas kebenaran walaupun merasa sendiri dan sepi karena ada yang maha mengawasi. Keramaian atau banyaknya manusia bukanlah acuan kebenaran untuk melakukan yang sama karena pada akhirnya masing-masing diri akan mempertanggungjawabkan perbuatannya.
“Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allâh. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti persanggkaan belaka, dan mereka tidak lain hanyalah mengira-ngira saja. Sesungguhnya Rabbmu, Dia-lah yang lebih mengetahui tentang orang yang tersesat dari jalan-Nya dan Dia lebih mengetahui tentang orang orang yang mendapat petunjuk,” (Al-An’am/6:116-117).
Kami bertanya pada akal yang kerdil ini, petunjuk siapa yang harus kami ikuti agar selamat hidup di dunia dan di akhirat kelak? []
Polandia, 08 Juni 2017
Menulis adalah menggali hikmah yang terserak dari beragam peristiwa kehidupan. Ramadan Kareem for all sisters and brothers around the world.