KETIKA seorang istri tengah hamil tua, biasanya secara otomatis suami menghentikan aktvitas jima. Alasannya, khawatir menganggu kesehatan istri. Apalagi ketika mengandung anak pertama. Namun, literatur medis menyatakan bahwa jima ketika hamil dapat membantu kelancaran proses persalinan. Benarkah?
Saat jima, prostaglandin yang dikeluarkan sperma dapat mengakibatkan kontraksi guna membantu penekanan sehingga kepala bayi dapat masuk ke bagian bawah panggul. Ya membantu juga secara tidak langsung. Namun jima pada usia kehamilan tua tetap harus hati-hati.
Banyak pendapat medis menyatakan bahwa waktu yang tepat untuk jima sewaktu hamil yaitu setelah trimester pertama hingga usia 7 bulan. Pada waktu ini, ibu hamil sudah relaks dan lebih nyaman dengan tubuhnya. Pada trimester pertama kehamilan, sebaiknya Anda menunda jima terlebih dahulu. Pasalnya, jima di awal kehamilan mudah terjadi kontraksi. Ari-ari belum terbentuk sehingga dapat mengakibatkan keguguran bila tejadi kontraksi dahsyat.
Sedangkan pada usia kehamilan 7-9 bulan, frekuensi jima sebaiknya dikurangi sampai janin berusia 9 bulan karena sangat membahayakan janin. Pasalnya kontraksi bisa mengakibatkan pecah ketuban dan bayi dapat terinfeksi. Sementara bila bayi harus dilahirkan, paru-parunya belum matang. Waktu yang sangat membahayakan yaitu antara kehamilan usia 7-8 bulan.
Pada usia kehamilan 9 bulan, bayi sudah siap untuk dilahirkan bila terjadi kontraksi sehingga air ketuban pecah. Pasalnya, paru-paru bayi sudah matang. Kalau bisa di atas 36 minggu, bila pecah ketuban, bayi lahir sudah aman karena telah mampu bernapas di luar tubuh ibu.
Banyak orang menganggap jima saat hamil sangat berbahaya terhadap janin karena penis, orgasme, atau ejakulasi dianggap dapat mencederai bayi. Sebenarnya tidaklah demikian. Jima dengan pasangan pada saat hamil apalagi menjelang persalinan dilakukan dengan sangat relaks.
Jadi yang paling penting dalam hal ini adalah mencari posisi yang nyaman terutama untuk istri. Jima harus dilakukan dengan nyaman agar jangan sampai terjadi kontraksi yang dahsyat untuk menghindari pecah ketuban. Pasalnya, ketuban pecah dapat menyebabkan infeksi ke tubuh janin. Namun yang paling aman, tentu saja berkonsultasi dengan dokter keluarga untuk mengetahui kondisi kehamilan sehingga jima yang dilakukan ketika istri hamil berlangsung aman dan lancar. []
Sumber: Pekanbaru Riau News