SAAT jaya, ramai orang mengerumuninya. Saat jatuh, ramai orang meninggalkannya. Begitulah kehidupan, begitulah yang sering kita temukan dalam keseharian.
Kejayaan itu dipergilirkan, kejatuhan juga bergantian. Saat masalah melanda, ujian demikian berat dan hidup terasa sempit, terjerat utang, usaha bangkrut, kehilangan pekerjaan, sakit berkepanjangan, jodoh tak kunjung datang, dan segala kesempitan hidup yang menyulitkan. Banyak orang menjauhi dan pergi tanpa permisi.
BACA JUGA: Sudah Doa dan Ikhtiar tapi Masih Kesulitan Rezeki? Inilah Solusinya
Segala upaya sudah dilakukan, namun tak juga menemukan solusi yang menggairahkan kehidupan. Doa dan ikhtiar sudah dioptimalkan, namun belum juga membuahkan hasil yang melegakan.
Tertatih-tatih mengetuk pintu hati saudara dan sahabatnya, handai taulan dan kenalannya, tapi mereka seolah menutup mata, tak juga mau mengulurkan tangannya.
Apa yang mesti dilakukan?
Yang pasti, tetap taat pada Ilahi. Saat pintu makhluk tak bisa diketuk lagi, maka pintu pertolongan Allah amatlah dekat, ramah dan terbuka lebar. Sehingga baik sangka pada Allah saat ujian melanda merupakan sebuah kaharusan, kemestian, dan kewajiban yang tak bisa dinafikan.
Allah tidak zalim pada kita, ujian yang melanda bukan untuk menghinakan dan merendahkan, melainkan sebagai upaya menempa hamba agar lebih kuat, upaya menghapuskan dosa, dan meningkatkan derajatnya.
Imam Syafi’i menasihati, “Saat engkau dalam kesulitan dan orang-orang menjauhimu, yakinlah Allah yang akan menolongmu.”
BACA JUGA: Penjilat
Nasihat agung ini adalah embun pagi yang menetesi gersangnya hati, penyejuk jiwa, dan penenteram pikiran.
Iman kepada Allah adalah kunci utamanya. Yang dengan iman, semua menjadi baik, pahala dan berkah. Yang baik dengan syukurnya, yang buruk dengan sabarnya. Yakini Allah bersama kita. []