Oleh: Achmad Tuqo S. Billah
Santri Tahfidzul Qur’an – Baitul Qur’an Daarut Tauhiid Bandung
“Manusia yang paling lemah adalah manusia yang lemah untuk berdoa.” (HR. Al Bukhari)
Ternyata kebanyakan dari kita masih ada yang belum terlalu menyadari tentang arti dan nilai sebuah do’a dan usaha. Sehingga meskipun kita mengaku sebagai hamba, namun kadang kita lupa akan posisi kita sebagai hamba.
Do’a adalah bentuk permohonan seorang hamba kepada Tuhannya. Do’a merupakan inti dari aktifitas ibadah yang paling agung. Sebagian Ummat Islam memahami bahwa Do’a dapat dijadikan sebagai jalan (Thoriqoh) untuk menyelesaikan berbagai masalah yang dihadapinya. Mereka amat yakin bahwa Allah akan mengabulkan, dan senantiasa merasa bahwa setiap saat mereka selalu membutuhkan pertolongan Allah Swt. Sebab sehebat apapun berusaha, sekeras apapun berupaya, takkan menghasilkan apa-apa jika Allah tidak menolongnya.
Di sisi lain, ada ummat islam yang malas berdo’a. Karena mereka tidak yakin, bahwa do’anya akan dapat menyelesaikan masalah hidup yang dihadapinya. Jika pun mereka berdo’a, hanya sebatas “formalitas” belaka.
Yang penting sudah berdo’a, tidak terlalu berharap do’anya akan dikabulkan. Mereka justru sangat yakin dengan usaha dan kerja kerasnya, hanya mengandalkan ikhtiarnya.
Lalu dari semua itu, kita ada pada golongan yang mana?
Tentu tak asing kita mendengar sebuah kalimat pengingat, “Usaha tanpa doa adalah sombong. Doa tanpa usaha adalah kesia-siaan.”
Ketika kita berupaya semaksimal mungkin untuk meraih apa yang kita usahakan tetapi kita lupa untuk berdoa, sungguh itu adalah kesombongan. Sebab harus diingat, dari manakah datangnya keberhasilan jika tidak dari Allah Yang Maha Rahman. Di sisi lain, ketika kita hanya berdoa tanpa sedikitpun berusaha, itu pun tidak dibenarkan. Sebab Allah berfirman,
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum kecuali kaum itu sendiri yang mengubah apa apa yang pada diri mereka.” (QS 13: 11)
Kemudian tidak sedikit juga di antara kita yang tertawa ketika kita berkata, “Mari sekarang kita berdoa kepada Allah setelah sebuah usaha kita lakukan.” Mereka pun kemudian berkata, “kalau usahanya sudah bagus, hasilnya juga pasti bagus. Kalau hasilnya tidak bagus, itu tandanya usahanya yang kurang.”
Apakah benar begitu?
Tentu saja tidak. Berdoa adalah cara Allah menunjukkan kepada kita agar selalu sadar akan status kita sebagai hamba. Bahwa tidak ada daya dan upaya yang berhasil kita lakukan kecuali jika Allah mengizinkan.
Jadi, jika pun kita melakukan sebuah usaha, maka doa adalah penutup yang sempurna, yang menjadi pengikat atas usaha yang telah kita lakukan. Sebab jika kita hanya percaya pada usaha yang kita lakukan saja, maka berkahnya akan berhenti di sana. Sedangkan jika sebuah doa dipanjatkan sebagai penutupnya, maka hati kita akan disadarkan untuk malu kepada Allah yang memiliki kuasa atas segala bentuk usaha.
Karenanya, jangan pernah kita remehkan arti sebuah doa dan nilai sebuah usaha. Sungguh Allah Mahatahu segala yang terbaik bagi kita, hamba-Nya.
“Sesungguhnya mereka orang-orang yang selalu bersegera dalam perbuatan-perbuatan yang baik, dan mereka selalu berdo’a kepada Kami dengan berharap (dikabulkan).” (QS. 21: 90). []