Oleh: Iman Adipurnama
MUSIM dingin tahun 636 M. Yerusalem ketika itu demikian sunyi dan beku. Hembusan angin di sana membuat kota itu kian menggigil dan mencekam. Salju turun dengan lebat dan menutupi kalanan, tanah ladang, pepohonan, bebukitan, atap-atap rumah, menara gereja dan pucuk-pucuk benteng yang mengelilingi kota itu.
Yerusalem. Sebuah kota yang memiliki nilai sejarah luhur bagi agama-agama samawi. Dalam sejarah Yahudi, kota ini adalah tempat berdirinya kuil suci Sulaiman (Solomon temple), Baitullah, sekaligus ibu kota kerajaan mereka-tanah yang dijanjikan oleh Yahweh (Tuhan).
BACA JUGA: Tambalan di Baju Umar bin Khattab
Kota ini juga pernah mengalami kehancuran sewaktu aneksasi kerajaan Suriah-Babilonia. Nebukadnezar, Raja Babilonia (605-561 SM), membumihanguskan Yerusalem dan meratakan kuil Sulaiman dengan tanah. Kaum Yahudi sebagian terusir dari sana, lalu tersebar di wilayah-wilayah penaklukan Babilonia. Masa inilah yang di kemudian hari dikenal sebagai awal mula diaspora bangsa Yahudi.
Ketika Sirius Agung (550-530 SM), maharaja Persia, menaklukkan Palestina dan wilayah-wilayah Babilonia lainnya, ia membangun kembali kota suci Yerusalem dan kuil Sulaiman dengan bantuan Nabi Nehima dan Ezra (Uzair). Ia juga mengizinkan bangsa Yahudi untuk kembali bermukim di kota tersebut. Pada masa berikutnya, Raja Yahudi Herod (37-4 SM) mempermegah bangunan kuil Sulaiman dan kota Yerusalem.
Namun demikian, bencana kembali terulang pada masa pendudukan Kaisar Romawi, Titus (65-75 SM), sesaat setelah terjadi pemberontakan orang-orang Yahudi atas pemerintahan Romawi.
Dalam tradisi Nasrani, Yerusalem adalah kiblat suci, tempat al-Masih menyebarkan ajaran kasih dan perdamaian dengan segala dongeng mukjizat sekaligus tempat terjadinya peristiwa penyaliban lalu diangkat ke hadirat Tuhan. Di kota ini pula terdapat gereja Makam Suci (Kanisah al-Qiyamah) yang didirikan Saint Helena (Helena Augusta, 250-330 M), Ratu Romawi yang saleh dan taat, ibunda Kaisar Konstantin the Great-pendiri Konstantinopel. Gereja tersebut menjadi tempat yang selalu ramai diziarahi umat Kristen dari seluruh penjuru.
Dalam tradisi Islam, Yerusalem atau lebih dikenal dengan Masjid al-Aqsha atau Baitul Maqdis adalah kiblat ibadah pertama umat Islam sekaligus tempat persinggahan Nabi Muhammad saat melakukan perjalanan Isra Mi’raj. Dimana ketika Nabi singgah, beliau sempat shalat bersama dengan puluhan Nabi lain di sini.
Di samping itu di sini pula Nabi melakukan napak tilas perjuangan Nabi-nabi sebelumnya. Tepat di jantung peradaban dunia selama berabad-abad lamanya, tanah yang selalu jadi rebutan, Yerusalem.
BACA JUGA: Khalifah Umar Masuki Yerusalem tanpa Penjaga dan Berjalan Kaki
***
Pasukan Islam telah tiba di sisi kota Yerusalem. Khalifah Umar memerintahkan Abu Ubaidah, Khalid, dan Mu’awiyah untuk segera bertolak ke Yerusalem dan bergabung dengan pasukan Amr bin Ash.
Di balik benteng, di dalam gereja, Panglima Artavon dan Patriach (pendeta) Sophronius, uskup agung gereja Yerusalem, tengah berdebat. Artavon bersikeras menginginkan Yerusalem tetap dipertahankan dari pihak luar (Islam), sekalipun harus mengobarkan peperangan di dalam kota suci itu.
Sementara Sophronius beranggapan bahwa pendudukan orang-orang Islam ini adalah kehendak Tuhan untuk mengakhiri kekuasaan orang-orang Bizantium. Sophronius lebih memilih untuk bernegosiasi dan menyerahkan Yerusalem kepada pihak Islam secara damai. []
BERSAMBUNG