AMMAN—Raja Yordania Abdullah II akan mengambilalih kembali dua wilayah negaranya yang disewakan kepada Israel di bawah perjanjian damai tahun 1994. Wilayah tersebut bernama al-Ghumar dan al-Baqura. Luasnya sekitar 405 ha.
Dua wilayah yang subur itu dibudidayakan oleh para petani Israel dengan konsep sewa lahan selama 25 tahun. Batas akhir untuk memperbarui sewa dua wilayah secara periodik itu adalah Kamis (25/10/2018).
“Kami telah memberi tahu Israel untuk mengakhiri penerapan perjanjian damai mengenai al-Baqura dan al-Ghumar,” kata Raja Abdullah II, Ahad (21/10/2018).
BACA JUGA: ‘Tepi Barat untuk Yordania dan Gaza untuk Mesir’
Keputusan itu diambil Raja Abdullah II demi kepentingan rakyat Yordania.
“Al-Baqura dan al-Ghumar selalu berada di atas prioritas saya. Keputusan kami adalah untuk mengakhiri lampiran perjanjian damai berdasarkan pada keinginan kami untuk mengambil semua yang diperlukan untuk pemerintah dan rakyat Yordania,” kata Raja Abdullah II.
Menindaklanjuti keputusan Raja Yordania tersebut, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan bahwa Israel akan bernegosiasi dengan Yordania untuk perpanjangan sewa.
“Kami akan melakukan negosiasi dengan (Yordania) untuk opsi perpanjangan dari perjanjian sewa guna usaha yang ada,” kata Netanyahu.
Hingga kini belum ada kepastian kapan dua wilayah tersebut akan dikembalikan Israel ke tangan Yordania. Namun, keputusan Raja Abdullah II memutuskan perjanjian dengan Israel berhasil menuai pujian dari berbagai kalangan.
Para analis politik dan aktivis pun melontarkan pujian terhadap sikap Raja Abdullah II tersebut. Apalagi, keputusan raja diambil seminggu setelah 85 anggota parlemen Yordania menandatangani petisi yang mendesak raja untuk turun tangan dalam mengakhiri sewa dua wilayah tersebut.
“Selama lebih dari setahun, kami telah menuntut penghapusan perjanjian ini yang tidak untuk kepentingan Yordania atau rakyat Yordania,” kata Khalil Atiyeh, analis politik dan anggota parlemen Yordania, Senin (22/10/2018).
Oraib al-Rantawi, seorang analis politik di Amman, menilai Raja Abdullah telah mengambil tindakan yang bijak.
“Raja melihat penolakan secara populer terhadap perjanjian ini dengan Israel, terutama dalam beberapa bulan terakhir di mana penurunan ekonomi di negara itu telah menyebabkan protes massa, dan dia dengan bijak memutuskan untuk menentangnya”.
Aktivis politik Hussam Abdallat memuji keputusan raja sebagai “salah satu yang akan membuatnya disayangi oleh publik”.
Sufyan al-Tell, seorang mantan pejabat lingkungan PBB dan kritikus perjanjian damai Israel-Yordania, mengatakan bahwa pengumuman raja tepat waktu dan mencerminkan kehendak rakyat Yordania.
BACA JUGA: Perjalanan ‘Kunci’ Masjid Al Aqsha hingga Bisa Dipegang Yordania
Pendudukan Israel terhadap Palestina juga turut menjadi sorotan Yordania. Keputusan pengambilalihan kembali tanah Yordania dari penguasaan Israel itu pun merupakan langkah tegas Raja Abdullah II.
“Al-Baqura dan al-Ghumar adalah tanah Yordania dan akan tetap menjadi milik Yordania,” kata Raja Abdullah II.
Diketahui, Kedua wilayah tersebut telah berada di bawah kendali Israel sejak 1948 sejak negara zionis itu menandatangani perjanjian damai dengan dua negara Arab yakni Yordania dan Mesir. []
SUMBER: AL JAEERA