SETELAH Rasulullah wafat, banyak pemberontakan yang terjadi, bahkan ada yang mengaku sebagai Nabi. Musailamah Al-Kadzab yang sejak dulu ingin menjadi nabi, semakin menjadi-jadi. Ia memiliki banyak pengikut. Setelah Rasulullah wafat memang banyak orang-orang yang kembali pada kekafiran.
Hal ini merisaukan Abu Bakar selaku khalifah. Abu Bakar memerintahkan supaya Musailamah dan pengikutnya diperangi. Pasukan perang mulai dibentuk dan rombongan dakwah diberangkatkan.
BACA JUGA: 10 Fakta soal Zaid bin Tsabit
Dalam peperangan tersebut banyak sahabat yang syahid. Di antaranya para penghafal Al-Quran. Umar bin Khaththab berkata pada Khalifah Abu Bakar.”Dalam pertempuran itu banyak qari yang mati syahid. Aku khawatir jika ada pertempuran lagi, maka akan semakin banyak qari yang mati syahid. Aku khawatir akan banyak bagian Al-Quran yang ikut hilang. Untuk sebaiknya Al-Quran dituliskan di suatu tempat agar selamat dan terjaga.”
Abu Bakar menjawanb, “Bagaimana aku berani mengerjakan sesuatu yang tidak dikerjakan Rasulullah SAW?”
Umar terus mendesak dan menyampaikan betapa pentingnya mengumpulkan Al-Quran. Akhirnya Abu Bakar menerima usulan Umar bin Khaththab. Ia pun memanggil Zaid bin Tsabit untuk di tugaskan mengumpulkan Al-Quran.
Abu Bakar berkata, “Engkau adalah seorang pemuda yang cerdas, orang-orang mempercayaimu, dan tidak ada yang berprasangka buruk terhadapmu. Engkau juga termasuk penulis wahyu pada masa Rasulullah. Sebab itu, kumpulkanlah Al-Quran.”
BACA JUGA: Ibu Menyuruh Zaid bin Tsabit Dekati Rasulullah
Zaid menolak perintah ini. “Demi Allah, seandainya aku diperintahkan memindahkan sebuah gunung dari suatu tempat ke tempat lain, lebih aku sukai daripada harus mengumpulkan Al-Quran. Mengapa ini harus dilakukan, padahal Rasulullah SAW tidak pernah melakukannya?”
Kemudian Abu Bakar menjelaskan kenapa Al-Quran perlu dikumpulkan menjadi satu. Zaid akhirnya setuju, dan menerima tugas itu.
Itulah asal mula ide pengumpulan Al-Quran. Berawal dari kerisawan Umar bin Khaththab karena banyaknya para hafidz Quran yang syahid. Bagi Zaid tugas ini sangat berat, ia khawatir salah dalam bertindak. Kemudian Allah membukakan hatinya, dan Zaid bersdia menerima tugas itu. [ ]
Referensi: 99 Kisah Menakjubkan Sahabat Nabi/Tety Ezokanzo/Gramedia Pustaka Utama.Jakarta