JIWA seseorang akan merasa tenang dengan berzikir mengingat Allah SWT. Karena dengan berzikir hati menjadi tenteram dan jiwa menjadi tenang. Karenanya kita diperintahkan untuk memperbanyak zikir dalam seluruh aspek kehidupan. Pengertian zikir bisa berarti mengingat Allah SWT dengan banyak menyebut nama-Nya, baik secara lisan maupun di dalam hati. Seperti banyak menyebut Subhanallah wabi hamdihi subhanallah al ‘azhim.
Dua kalimat di atas seperti yang disabdakan Rasulullah SAW merupakan kalimat yang ringan diucapkan oleh lisan tapi sangat berat timbangan dan sangat dicintai oleh Allah SWT.
BACA JUGA: Berdzikir dengan Menggunakan Tasbih, Bagaimana?
Berzikir juga bisa berarti mengingat Allah SWT dalam berbagai keadaan, bagaimana pun keadaannya ia tetap mengingat Allah. Ia selalu merasa dilihat dan diawasi segala gerak-geriknya oleh Allah. Sehingga dimanapun ia berada, ia tidak berani melakukan hal yang dilarang. Contoh : Puasa, ketika kita berpuasa kita menahan lapar dan haus serta menahan dari perkataan dan perbuatan yang tidak baik. Hal ini kita lakukan setiap hari sampai satu bulan di bulan Ramadhan. Puasa melatih pikiran dan hati kita untuk memahami bahwa Allah mengetahui segala perbuatan yang kita lakukan. Dengan demikian kita tidak berani melakukan hal-hal yang dilarang oleh Allah. Inilah makna zikir kepada Allah .
Zikir dan seluruh amal shalih sangat erat kaitannya dengan ketenangan batin. Dan ketenangan batin itu sangat erat hubungannya dengan kebahagiaan hidup. Seorang salafushalih yang tinggal sendirian di tengah padang pasir pernah ditanya, “Apakah engkau tidak merasa terancam? Ia mengatakan, “Apakah ada orang yang merasa terancam dan khawatir bersama Allah?” jawabnya. Tak berbeda jauh maknanya dengan apa yang diungkapkan oleh Muslim bin Yasar, yang mengatakan, “Tak ada kenikmatan yang melebihi kenikmatan sendiri menghadap Allah dalam sepi (berkhalwat).”
Rumah orang yang melakukan zikrullah akan bercahaya bak bintang. Seperti disebutkan dalam sebuah hadits, Abu Hurairah menyampaikan sabda Rasulullah SAW bahwa Allah akan menerangi rumah orang yang berzikir hingga rumah itu akan terlihat oleh penduduk langit. “Sesungguhnya penghuni langit melihat rumah-rumah ahli dzikir yang diterangi oleh dzikir mereka. Sinar itu bercahaya seperti bintang bagi penduduk bumi,” ucap Rasulullah SAW.
Tepatlah jawaban Imam Hasan al Bashri saat ditanya seorang pemuda, “Kenapa orang yang gemar melakukan shalat tahajjud wajahnya enak dipandang?” Ia mengatakan, “Bagaimana tidak, mereka telah berkhalwat dengan yang Maha Pengasih kemudian Allah pasti memberikan cahaya-Nya pada orang tersebut.”
Lihatlah betapa ketenangan yang dirasakan oleh Abu Bakar bin Ayash, salah seorang tokoh Tabi’in. Ketika menjelang maut, ia berkata pada anaknya, “Apakah engkau mengira Allah akan menyia-nyiakan ayahmu yang selama empat puluh tahun sudah mengkhatamkan Al Qur`an hampir setiap malam?” Sementara itu, Adam bin Iyas, tokoh Tabi’in yang lain, ketika akan meninggal mengatakan, “Dengan cintaku kepada-Mu, Engkau pasti menemaniku pada saat ketakutan.” Ia mengucapkan, “Laaa ilaaha illa Llah…” kemudian mengembuskan nafasnya yang terakhir….
BACA JUGA: Perhatikan Hal Ini saat Anda Berzikir
Sebaik-baik perbuatan yang dapat dilakukan seseorang dalam nafas hidupnya, paling bermanfaat waktu yang diluangkan adalah berdzikir kepada Allah SWT, apalagi diiringi dengan berdoa kepada-Nya, karena yang demikianlah hidup menjadi bermakna dan waktu menjadi berharga, jiwa yang kian hari bertambah menjadi berbobot, bahkan memiliki aspek kebahagiaan, ketenangan, ketentraman dan kelapangan dalam setiap gerak dan aktivisnya, dzikir merupakan kunci segala kebaikan hamba di dunia dan di akhirat.
Tidak dipungkiri bahwa Nabi SAW sebagai pemberi nasihat umatnya telah memberikan warisan yang baik dan jalan yang jelas dalam menuntun pengikutnya untuk berdzikir dan berdoa. Beliau SAW menuntun segala kebaikan di dunia dan akhirat, tidak ada yang baik kecuali beliau telah memberikan dalil (petunjuk) nya, memotivasi untuk bermulazamah dengannya. Allah SWT berfirman : “Telah datang kepada kalian seorang Rasul dari golongan kalian sendiri, sangat belas kasih terhadap penderitaan kalian, bersemangat atas kalian untuk beriman, pemaaf dan kasih sayang”. (QS. At-Taubah : 128). []
SUMBER: IKADI.OR.ID