JANGAN ajari Joseph Guardiola soal kehilangan orang. Pada tahun 2009, Zlatan Ibrahimovic—ya benar, orang Swedia itu yang sudah memenangkan banyak gelar di banyak liga, tapi tak pernah memenangkan si Kuping Besar—datang ke Camp Nou.
Ke tempat baru, Zlatan Ibrahimovic selalu datang dengan masalah. Dari Ajax ke Juve, Ibra mangkir dari latihan. Dari Turin, ia tidak mau main di Seri B. Dari Inter ke Barca, di pertandingan terakhir Seri A, Ibra menyalakan api pada Interisti. Sakit hatilah tifosi Inter.
Di Barca, tahun itu, Lionel Messi tengah memasuki usia emasnya. Pep, begitu panggilan Guardiola, ingin Zlatan Ibrahimovicmain ke sisi kiri, biar Messi di tengah. Ibra ogah. Ia adalah poacher, bukan pelayan Messi. Januari 2010, Ibra sudah menghilang dari starting line-up Pep.
BACA JUGA: Kutukan Muntari terhadap Juventus di 2012, Adakah dan Bolehkah dalam Islam?
Tahun itu, Barca tidak juara Liga Champions. Tahun 2010, Ibra dilego ke Milan dengan harga 2 kali lipat lebih rendah daripada harga belinya dari Inter. Pep tak ambil pusing.
Buat Pep, attitude adalah segala-galanya. Bukan cuma di pertandingan, tapi juga saat latihan dan di semua area yang ia latih. Sebagus apapun pemain, attitude-nya nol, Pep sebodo amat.
https://www.youtube.com/watch?v=B9IrD2qNu_8&t=102s
Bukan cuma Zlatan Ibrahimovic yang sakit hati oleh Pep. Yaya Toure juga demikian. Ia dua kali didepak oleh Pep. Pertama di Barca. Kedua kalinya di City. Padahal, di Manchester, tetangga yang berisik itu, Yaya adalah kapten, metronome sekaligus tembok kokoh antara depan dan belakang.
BACA JUGA: Cristiano Ronaldo, dari MU, ke Madrid, ke Juventus, ke MU Lagi, Tetap Bersih dari Tato
Kedua Ibra dan Yaya tak dipake oleh Pep. Tapi Ibra tak lantas miskin. Dari Milan, ia ke Paris, United dan kemudian ke Amerika.
Soal duit, Zlatan Ibrahimovic tak kurang.
Tapi sepakbola akan selalu mengingat dia sebagai orang terdepak dari Pep, pelatih paling sukses sepanjang sejarah hanya kurang dari satu dasawarsa saja. []