ZUHUD berarti mengalihkan sesuatu pada yang lebih baik. Orang yang mampu bersikap zuhud ialah orang yang termasuk beruntung. Mengapa demikian? Sebab, ia adalah orang-orang yang berani meninggalkan kesenangannya yang sementara untuk kesenangan yang lebih baik.
Sedangkan pengetahuan yang melatar belakangi kondisi ini ialah pengetahuan bahwa perkara yang ditinggal itu hina jika dibandingkan dengan yang akan diambil.
BACA JUGA: 3 Hukuman dan Derita bagi Pecinta Dunia
Zuhud sendiri terdiri atas tiga tingkatan, yaitu:
Tingkatan pertama:
Orang yang bersikap zuhud terhadap dunia, namun sebenarnya ia juga menginginkannya. Hatinya condong padanya dan nafsunya menoleh padanya, tetapi ia berusaha keras dan menahan diri terhadap dunia.
Ini adalah tingkatan mutazahhid (orang yang berusaha bersikap zuhud).
Tingakatan kedua:
Orang yang meninggalkan dunia dengan sukarela karena ia menganggap hina, namun ia masih berhasrat.
Tetapi, ia memilih untuk zuhud. Ia seperti orang yang meninggalkan satu dirham demi mendapatkan dua dirham.
Tingkatan ketiga:
Orang yang zuhud terhadap dunia dengan suka rela. Ia benar-benar zuhud. Ia seperti orang yang meninggalkan setumpuk kotoran untuk mengambil mutiara. Pemilik derajat ini seperti orang yang dicegat anjing di depan gerbang ketika ingin menghadap raja.
BACA JUGA: Benarkah Orang yang Sederhana Sudah Pasti Zuhud?
Lalu, ia melemparkan sepotong roti sehingga anjing tersebut sibuk sendiri dengan roti tersebut. Maka, orang itu pun dapat menghadap raja tanpa halangan dan menjadi dekat dengannya.
Setan ibarat anjing yang berada di depan pintu menuju Allah yang menghalang-halangi manusia untuk masuk.
Padahal, pintu Allah selalu terbuka dan hijabnya juga terbuka. Sedangkan dunia itu ibarat sepotong roti. Siapa saja yang meninggalkannya pasti akan mendapat kemuliaan dari sang Maharaja.
Jadi, mengapa dia harus tetap memperhatikan roti tersebut? []
Sumber: 40 Pesan Nabi Untuk Setiap Muslim/Karya: Fahrur Mu’is, M. Ag dan Muhammad Suhadi, Lc/Penerbit: Taqiya Publishing