NABI shalallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda, “Zuhudlah pada dunia, niscaya Allah akan mencintaimu, dan zuhudlah pada apa yang ada di sisi manusia, niscaya mereka akan mencintaimu.” (HR Ibnu Majah).
Nabi adalah zuhudnya seseorang yang telah mengenal fana (akan hancur) nya dunia dan begitu cepat sirnanya, juga begitu sedikit bekalnya dan pendek umurnya. Kezuhudannya adalah zuhudnya seseorang yang dijanjikan Allah kepada para kekasihnya berupa kenikmatan yang nyata, pahala yang besar dan keabadian.
BACA JUGA: Akhlak dan Sifat Zuhud Umeir bin Sa’ad
Padahal kita ketahui bersama bahwa dunia ditawarkan kepadanya dan diberikan untuknya. Gunung-gunung di dunia menjadi emas dan perak pasti terjadi, akan tetapi beliau lebih memilih Zuhud dan menjaga diri dari dunia, sehingga terkadang malam-malamnya dilalui dalam keadaan lapar. Satu bulan lewat tanpa adanya nyala api sedikit pun di rumahnya. Hari-hari berlalu dalam keadaan kelaparan dengan tidak mendapati sebiji kurma pun sekedar untuk mengganjal rasa laparnya.
Nabi pun tidak pernah merasa kenyang meski dari sepotong roti gandum selama tiga hari berturut-turut, bahkan beliau tidur diatas tikar yang mana meninggalkan bekas di tubuhnya.
BACA JUGA: Zuhud bukan Hanya Meninggalkan Harta
Beliau bersabda, “Seandainya aku mempunyai pohon uang, pasti aku akan membagikannya sampai kalian tidak mendapati pada diriku sebagai orang yang bakhil, pendusta dan penakut.” {HR Malik). []
Sumber: Ka Annaka Tara/ Penulis: Dr. ‘Aidh Abdullah Al-Qarny/ Penerbit: Cakrawala Publishing, 2005